Selasa, 15 Oktober 2013

Bentuk-bentuk Kegilaan Saya pada Maya

Saat itu,
Matahari tepat melintas di kepala saya. Suara bising lalu lintas membuat saya gerah. Saya mempercepat langkah. Tiba-tiba, kaki saya menyepak sebuah botol. Pada sekeling tubuh botol itu tertulis nama Maya. Antara sadar dan tidak saya memungutnya. Lalu menempelkan bibir saya padanya. Sambil memicingkan mata, saya ulangi berkali-kali. Dan saya katakan dalam hati: “Maya. Beginilah cara saya mencintaimu.”

Di lain waktu,
Pernah juga di Gramedia Padang saya melakukan sebuah ketololan tak terduga.
Saat itu sedang ribut masalah demonstrasi mahasiswa Unand. Jalanan macet dan polisi sibuk menghardik. Saat itulah saya menyelinap menghindari pemandangan yang sangat biadap itu. Saya langsung meluncur ke lantai 2 Gramedia. Saya ingin mencari buku-buku yang mengulas tentang Maya. Dalam imajinasi saya, Danarto, sering melakukannya. Maka saat itu saya langsung menghampiri buku-buku yang dipajang di rak Sastra. Tapi tak satu pun saya temukan kosa kata Maya dalam semua buku yang saya lihat. Padahal semua buku tersebut sudah saya buka segelnya tanpa membelinya.

Akhirnya saya duduk lemas di dinding rak sambil mengutuk kerinduan saya.
Tiba tiba kemudian seorang gadis melintas tetap didepan saya. Langkah betisnya hampir menginjak hidung saya. Tak sadar kemudian saya menyentuhnya. Dan gadis itu berhenti. Lalu membentak saya: “Hei sialan! Kenapa raba-raba?” Lalu saya jawab dengan sewenang-wenang: “Ini kan kaki Maya”.

Revo Samantha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar