Minggu, 20 Oktober 2013

Apa itu Imajinasi Sosial?

Meski saya sering menggunakan diksi konotatif ini,
Tapi sejauh ini belum ada pembaca yang bertanya apa maksudnya.
Entah mereka sudah tahu, pura pura sudah tahu, atau malu untuk bertanya, saya tidak tahu. Tapi sudahlah. Itu bukan urusan saya.

Sekarang izinkan saya bajak imajinasi anda sejenak.

Suatu kali Revo melihat ada bayangan hitam di sebuah rumah tua di desa tempat tinggalnya. Revo ketakutan. Dia yakin sosok yang dilihatnya itu adalah hantu. Tapi untuk menghampirinya, Revo tidak berani. Tubuhnya sudah merinding. Bulu kuduknya berdiri. Dia kemudian lari tunggang langgang menuju Mesjid terdekat. Sampai di Mesjid, dengan muka pucat pasi dan nafas terengah-engah, dia menceritakan hal itu pada semua orang yang ditemuinya didalam Mesjid. Maka refleks kemudian semua yang mendengar langsung berhamburan menuju ke lokasi kejadian.

Tapi sampai disana,
Ternyata bayangan hitam yang semula tampak oleh Revo, tidak ada lagi.

Tapi keesokan malam,
Rin Kameko, yang sudah mendengar cerita tentang itu, juga melintasi tempat yang sama. Dan tepat saat dia menoleh ke rumah tua tersebut, dia memekik sejadi-jadinya. Kemudian langsung berlari sempoyongan, hingga tak sadar kemudian kepalanya menabrak pohon jambu di pinggir jalan. Singkatnya, Rin Kameko langsung pingsan, dengan kepala terluka.

Sejak saat itu,
Desa itu heboh. Semua, dilanda perasaan mencekam. Tidak sedikit jatuh korban karenanya. Baik menjadi korban karena kengerian biasa maupun yang jatu pingsan dan histeris. Rumah tua itu, telah menjadi tragedi bersejarah, bahwa desa itu kini telah dihuni oleh hantu misterius yang sangat menakutkan.

Tapi benarkah hantu itu ada?
Dan jika memang ada, benarkah dia telah bertengger di rumah tua di desa tersebut?


Itulah yang disebut dengan imajinasi sosial.
Sekelompok manusia meyakini bahwa ada sesuatu yang tidak jelas sebagai benar benar ada secara faktual.

Dan Tuhan,
Adalah imajinasi sosial yang paling akbar diantara begitu banyaknya imajinasi sosial sepanjang sejarah.


Revo Samantha
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar