Kamis, 17 Oktober 2013

Membela Ibadah Kurban agar Tidak Omong Kosong

Meskipun saya sudah lama tidak peduli
Tapi rasa prihatin ini diam diam sebenarnya tak pernah padam

Ibadah korban dalam Islam,
Telah membentur tembok
Korban hanya untuk korban.
Menyembelih hewan nilainya hanya untuk sesajen yang dipersembahkan untuk Tuhan.
Semua itu, hanya jadi tumbal.
Jadi tahyul yang dibesar-besarkan sebagai sebuah persembahan yang mulia.

Padahal,
Sebaik baik mahkluk, adalah yang paling memberi manfaat bagi orang lain.

Jika semua sudah kenyang dengan daging,
Kenapa masih ngotot menyembelih hewan untuk berbuat baik?
Hingga ibadah kurban, nilainya tak lebih dari pesta makan-makan
Hanya menghambur-hamburkan syahwat yang bernama gairah makan daging

Padahal jika visi ibadah kurban itu memang sebuah cita sosial Islam
Maka yang menjadi penekanan adalah,
Menghancurkan kelas kelas sosial
Dalam hal ini adalah jurang sosial ekonomi
Agar kesenjangan kesejahteraan finansial masyarakat tidak kontras

Dan yang disebut batas minimal kesejahteraan, bukan statis.
Tapi selalu menari mengikuti irama evolusi kebuayaan manusia secara kolektif.
Jika di Abad Muhammad,
Mereka yang tertindas secara finansial adalah mereka yang tak pernah makan daging,
Maka belum tentu demikian ukurannya di Abad Facebook.
Situasi dan kondisi, selalu berkembang dinamis sejalan dengan evolusi kongrit kehidupan itu sendiri.

Maka disinilah urgensinya pemikiran yang progresif
Pemikiran yang menari dengan masalah-masalah sosial ekonomi yang selalu baru
Jika yang dibutuhkan orang adalah, pelampung disaat akan tenggelam di dinginnya Samudera
Kenapa tetap melemparkan uang?
Jika yang mendesak dibutuhkan para pelajar hari ini adalah sebuah netobook,
Kenapa masih melulu menyuguhkan daging korban?
Dan simpan tangis anda jika yang saya butuhkan adalah canda tawa.

CATAT:
Urgensi dan relevansi!
Itulah kata kuncinya.


Revo Samantha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar