Jumat, 11 Oktober 2013

Sikap dan Pandangan Saya Hari Ini terhadap Agama

Agama,
Adalah hasil kebudayaan manusia.
Yang membuat dan yang membesar-besarkannya juga manusia secara bersama.

Lalu apa tujuan agama diciptakan oleh pendirinya?
Jawaban pasti, saya tidak tahu.
Karena saya tidak pernah bertemu dan bertanya langsung pada pendiri awalnya.
Yang saya tahu, hanya dari buku dan ceramah banyak orang tentangnya.
Dan semua itu, bukan data primer.
Tapi daur ulang dan tambal sulam penafsiran yang belum tentu persis seperti apa yang dimaksud oleh pendirinya. Bahkan seandainya saya bertemu langsung dengan pendirinya, pengakuannya pun juga bisa bukan jawaban yang sebenarnya. Semua, tetap ada peluang biasnya.

Lalu benarkah agama bermanfaat bagi manusia?
Sampai batas tertentu, agama sangat bermanfaat bagi manusia.
Yaitu sebagai pelarian bathin manusia akan ketidakpuasan, kegamangan dan kengerian akan hidup. Tapi sampai batas tertentu, agama adalah racun pribadi dan racun sosial.

Lalu kapan agama bisa bermanfaat bagi manusia?
Ketika manusia belum bisa berpikir dan bersikap secara dewasa
Terutama disaat-saat kritis. Disaat manusia kehilangan keseimbangan dalam dirinya. Sehingga disaat itu, manusia perlu suplemen psikologis untuk menenangkan bathinnya. Yang menjadi kunci, bukan soal apakah benar agama terbukti sanggup memecahkan persoalan yang dihadapi manusia. Tapi adalah soal hiburan mental yang bisa disantap manusia sebagai penjaga gawang dari stress dan kepanikan. Walaupun faktanya, ada banyak cara yang bisa dilakukan manusia selain dengan menjerit pada agama.

Lalu kapan agama menjadi racun dalam kehidupan manusia?
Ketika manusia sudah menyerahkan total hidupnya pada agama.
Ketika cara berpikirnya sudah agama sentris.
Ketika kesadarannya sudah pekat meyakini,
Bahwa agama adalah segalanya

Lalu Bagaimana sikap saya terhadap agama?
Santai saja.
Agama tidak memberi pengaruh lagi secara emosional terhadap diri saya
Saya bebas mau meyakini atau mau menolaknya.
Bahkan saya merasa bebas mau melakukan ritualnya atau tidak.
Tanpa membuat saya merasa gelisah apalagi merasa takut.
Ibarat pakaian,
Saya merasa bebas mau mengenakan pakaian apapun sesuai kemauan saya.
Bahkan melepasnya dalam kondisi tertentu
Lalu dilain waktu, saya kenakan lagi.

Intinya,
Agama tak pernah lagi menguasai kesadaran saya.
Tapi sayalah yang berkuasa atas agama
Mau saya terima, mau saya tolak, bahkan mau saya hajar
Sepenuhnya kendali ada pada diri otentik saya.


Revo Samantha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar