Jumat, 22 November 2013

Saya Taat Beragama dg Modal Dengkul

“Anda benar-benar taat Bung Revo. Benar benar Muslim sejati. Saya benar-benar salut!”

Itulah gelar kehormatan yang saya sandang lebih kurang 20 tahun lalu. Disaat saya masih kuliah. Disaat saya tidak pernah meninggalkan sholat, bahkan selalu di Mesjid. Puasa Senin-Kamis. Zuhud. Jenggot saya lebat panjang. Tapi kaki celana saya buntung diatas mata kaki. Berjalan menekur. Sebagai indoktrinasi diri bahwa saya tak akan menyombongkan diri berjalan di muka bumi Tuhan, seperti wasiat Rasulullah. Dan nyaris setiap subuh dan tengah malam, saya basah air mata. Dalam khalwat diatas sajadah. Diatas Alquran.

Padahal saat itu, tak ada yang saya tahu. Kecuali terjemahan Alquran dan beberapa hadis Nabi. Tapi dengan tekad, kemauan dan sugesti diri, bahwa apa yang saya jalani adalah Kebenaran, sesuatu yang PASTI dari Tuhan, maka secara kejiwaan, saya bisa melakukannya.

Itulah modal saya untuk taat.

Tapi waktu terus berjalan.
Buku demi buku saya baca.
Diskusi demi diskusi saya cari.
Forum, seminar saya hadiri.

Hingga sampailah saya hidup di Abad Kontemporer.
(lahir juga di Abad yang sama)

Ternyata jarum jam sudah berputar.
Matahari sudah berubah. Bulan tak lagi sama.
Langit sudah sejauh cakarawala.
Pagar betis keyakinan saya sudah rubuh.

Maka tampaklah rumput tetangga.
Maka tampkalah dunia lain.
Dunia yang tidak sesempit yang saya duga.

Maka tercatatlah nama-nama baru di laci memori saya:
Al Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Arabi, Al Hallaj, Iqbal, Aristoteles, Kant, Marx, Frued, Sartre, Nietzsche, Derrida, Foucault dan lain-lain . Dan saya, kagum luar biasa atas petualangan spiritual dan intelektual mereka.

Entah berapa tipis dompet saya ulah membaca pemikiran mereka. Entah berapa waktu saya hancurkan untuk menjamah mereka. Dan entah berapa helai syaraf saya rontok untuk memhami mereka. Hingga saya heran: Kenapa mereka dianggap bodoh oleh orang yang tidak pernah kemana-mana? Oleh orang taat yang tidak pernah mengembara di rimba belantara pemikiran? Di semudera misteri yang tak pernah terjawab?

Betapa naifnya saya dulu. Begitu heroiknya saya ikut menuduh para Sufi, para Pemikir, para Saintis, Agnotis. Sekuleris. Atheis. Adalah orang-orang kafir yang terkutuk. Mereka bodoh! Buktinya mereka tidak taat seperti saya.

Sejak saat itu, resmilah saya menjadi kafir.
Sejak saat itu, terbakarlah segala apa yang saya puja tempo dulu.
Yang saya telan mentah melalui dua potong ayat.
Lalu sisanya?
Hanya TAAT!
Hanya dengan modal menghafal dan memuja!


Arsip 31 Mei 2011
Revo Samantha
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar