Senin, 25 November 2013

Islam Liberal? Kafir Malu-maluin!

Gamblangnya,
Islam Liberal, adalah sebuah paham keislaman yang ingin membebaskan diri dari segala bentuk tafsir dan dogmatisme pemahaman keislaman yang kultus, yang menghamba pada vigur vigur Muslim sepanjang sejarah. Meminjam istilah Muhammad Syahrur, seorang Muslim Liberal, masing masing ibaratnya meyakini bahwa Alquran langsung diterimanya dari Tuhan, seperti yang terjadi pada Muhammad. Bukan melalui tangan kedua, ketiga bahkan keentah berapa melalui rentetan tangan para penafsir yang berjejal sepanjang sejarah. Lalu kemudian menafsirkannya sendiri secara kontekstual sesuai kekinian dan kedisiniannya.

Dengan demikian,
Maka bentuk Keislaman seorang Muslim Liberal hari ini,
Juga adalah penubuhan spirit Alquran pada hari ini.
Bukan sebuah tambal sulam apalagi menarik model praktek kehidupan Muslim di abad lampau ke hari ini.

Lalu jika demikian,
Yang menjadi pertanyaan adalah
Apa bedanya prinsip dasar Islam Liberal dengan Pragmatisme Amerika?
Apa bedanya dengan filsafat Richard Rorty?
Bahwa pada akhirnya, manusia harus kembali pada apa yang paling maslahat sesuai dengan Realitas yang dihadapinya hari ini? Bukan merujuk pada dogmatisme konvensi Islam masa silam? Dan pada akhirnya bukan merujuk pada tradisi Muhammad dan para Sahabatnya?

Saya kira,
Islam Liberal, mirip dengan ulat yang sudah menjadi kupu kupu.
Ingin terbang berdampingan bersama Rajawali, tapi masih malu malu.
Impiannya adalah kepak bebas sayap Rajawali,
tapi kesadarannya masih dikurung oleh nostalgia ke-ulat-annya sendiri.

Dengan kata lain, dalam pandangan saya,
Roh Islam Liberal itu adalah Modernisme. Postmodernisme. Barat tulen.
Tapi disisi lain, belum bisa melepaskan kesadaran identitas,
Sehingga masih menggunakan Islam sebagai stempel untuk kenakalannya.

Revo Samantha
.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar