Selasa, 04 Februari 2014

Perbedaan Kritik Agama pada Tulisan Saya

Dimana-mana, banyak tulisan kritik terhadap agama
Tapi saya lebih senang menyebutnya tulisan caci maki terhadap agama
Apalagi pada banyak grup debat di Facebook.

Lalu kenapa tulisan itu rata rata membuat pembaca gerah dan akhirnya bosan?
Sementara terhadap tulisan kritis saya terhadap agama, terlepas pembaca setuju atau tidak terhadap isinya, selalu membuat mereka penasaran dan tetap ingin membacanya?

Sebabnya,
Karena saya berangkat dari 2 hal mendasar:

Pertama saya seorang pakar agama
Pakar maksudnya saya sudah lama berkubang intens dengan agama
Saya sudah lama mengimani sebuah agama sampai titik darah penghabisan
Dengan segenap jiwa raga saya.
Baik secara pemahaman apalagi secara ritual
Tidak sedikit waktu, referensi dan urat syaraf yang saya korbankan dalam proses jatuh bangun saya dalam petualangan beragama.

Kedua, begitu juga dengan menulis.
Saya juga seorang pakar menulis
Pakar menulis maksudnya saya sudah lama intens dalam dunia tulis menulis
Seabrek buku buku tentang menulis, sudah saya lumat.
Begitu juga dengan berbagai eksperimen gaya menulis, sudah saya lakukan sepanjang karir sunyi dunia kepenulisan saya. Artinya saya seorang pakar menulis di kandang sendiri. Buku buku saya, diterbitkan oleh diri saya sendiri dan dibaca oleh diri saya sendiri.

Intinya,
Saya menulis kritik terhadap agama, bukan asal tulis
Tapi sudah dilengkapi oleh 2 senjata utama: Konten dan cara menulis.
Itulah sebabnya meski tulisan saya blak-blakan bahkan konyol, tetap ada sesuatu yang anda temukan didalamnya.

Sementara mereka?
Mereka yang gemar menulis tulisan agama kaliber lempar sandal,
Hanya menulis sebagai kata ganti dari perang mulut.
Konten dan teknik penyajian, masih jauh dibawah standar.
Yang terasa oleh pembaca, hanya sebuah kecerewetan tertulis
Bukan sebuah gagasan kritis
Intinya, modal mereka hanya imsomnia dan gairah untuk bertengkar

Padahal rumusnya sangat sederhana
Jika yang diumbar dalam tulisan adalah gagasan
Maka pembaca akan berpikir dan terinspirasi
Tapi jika emosi dan sandal yang dilempar,
Maka yang tersulut pada diri pembaca, juga hal yang sama.

Jadi itulah bedanya tulisan saya tentang agama
Dibanding tulisan para penulis gadungan tentang agama yang banyak bertebaran di internet.

Setuju?

Revo Samantha
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar