Minggu, 16 Februari 2014

Membantai Panutan Hidup Kaum Beriman

Pada dasarnya,
Secara psikologis kaum beriman adalah manusia kanak-kanak. Selalu mencari panutan hidup. Selalu mencari model. Selalu mencari vigur untuk ditiru. Untuk apa? Agar mereka merasa bahwa hidup mereka terarah pada sebuah pandangan dan cara hidup yang benar. Dan itu, mereka temukan pada agama. Pada dogma dogma agama. Pada kotbah orang orang yang disebut suci dalam agama yang mereka peluk.

Tapi bagaimana hasilnya?
Mereka tetap tidak beranjak kemana-mana.
Kaum beriman selalu hidup dalam penderitaan bathin.
Sebuah kegelisahan yang ditekan dengan memasang tampang mulia
Dan itu, terus berlangsung sampai mereka mati
Mereka, sebenarnya tak pernah merasa nyaman “didalam”
Yang mereka pikirkan dan dambakan, melulu sebuah dunia steril diangan angan
Sebuah kedamaian tertinggi yang tak pernah terwujud dalam kehidupan kongkrit.

Dan itu, racun tersembunyi yang selalu mereka hirup

Mereka lupa.
Bahwa mereka demikian,
Sebenarnya hanya untuk melarikan diri dari 2 hal mendasar:

Pertama karena hasrat akan kesempurnaan.
Mereka ingin sukses. Mereka ingin bahagia. Singkatnya, mereka mendambakan suatu kelimpahan. Maka dalam imajinasi mereka, hanya dengan memeluk dan meniru habis-habisan pantuan merekalah mereka akan bisa mendapatkan.

Dan kedua, karena menghibur diri dari rasa frustasi.

Saat mereka tidak berdaya untuk meraih semua impian mereka, dan kemudian mereka merasa kalah dan ketakutan, maka dengan memeluk dan meniru habis habisan panutan merekalah mereka akan merasa damai.

Sayangnya, pantuan yang mereka tiru,
Hanya untuk penyelesaian diangan-angan.
Tidak pernah bisa merubah kenyataan kongkrit mereka.

Maka disinilah urgensinya tamparan saya ini: Ganti panutan!
Dari pedoman hidup utopis ke sumber inspirasi kongkrit
Dari sosok menara gading ke sosok real
Dari mulut gombal teoritis ke tindakan praksis

Siapa mereka?
Secara gamblang adalah para pebisnis sukses dan para gelandangan
Untuk maju, bergurulah pada para pebisnis sukses
Dari mereka, tersembunyi kekayaan prinsip hidup untuk mengeruk kelimpahan
Dan untuk menempa stamina mental dari kekalahan,
Bergurulah pada para gelandangan.
Dari mereka, tersembunyi kekuatan mental untuk menerima hidup sebagaimana adanya.
Tanpa keluh kesah tanpa pamrih. Hidup mereka, adalah batu cadas yang siap dilemparkan hidup sampai titik darah penghabisan.


Revo Samantha
.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar