Kamis, 06 Maret 2014

Penafsiran Agama? Tambal Sulam yg Dianggap Mulia

Meminjam istilah Roland Barthes dengan “matinya sang pengarang”,
Yang artinya sebuah teks akan dipahami secara arbitrer (sewenang wenang) oleh pembaca,
Sedang sang pengarang, tidak bisa lagi mencampurinya.
Ibaratnya, mereka sudah mati begitu tulisannya meluncur.
Maka
Agama, juga bernasib sama.
Mulai tentang Kitab Suci, para Nabi, inti ajaran, dan segala hal yang terkait dengannya,
Maknanya akan diteruskan bahkan dibangun ulang oleh para pemujanya di kemudian hari. Dari waktu ke waktu dari masa ke masa.

Itu sebabnya,
Agama menjadi relevan sepanjang masa
Itu sebabnya, agama selalu cocok di masa kini.
Selalu baru selaras dengan perkembangan zaman.
Selalu bisa dipakai hingga akhir zaman,
Yang artinya: selalu “didaur ulang, dianggap dan diklaim” cocok oleh para penganutnya.
Dalam hal ini, oleh mereka yang gemar melakukan penafsiran terhadap agama.

Itulah skandal penafsiran.
Sebuah mal praktek egosentrisme kolosal
Dan saya menyebut semua itu sebagai tambal sulam yang dianggap mulia.
Para pelaku, persis penggemar barang antik
Selalu menyemir besi tua agar tetap dianggap stainless steel


Pemikir Haram
Revo Samantha












Tidak ada komentar:

Posting Komentar