Jumat, 21 Maret 2014

Membongkar Dasar-dasar Agama Maling

Pada prinsipnya,
Segala sesuatu, berasal dari Alam Semesa dan kembali ke Alam Semesta
Begitu juga dengan prinsip-prinsip yang diklaim agama dan pemeluknya sebagai berasal dari agama.

Sebutlah misalnya tentang,
Bahwa manusia, mesti pandai bersyukur agar hati dan pikiranya, menjadi tenang.
Semua agama, menyatakan hal ini.
Lalu ini diklaim oleh pemeluknya, bahwa inilah sumbangsih agama
Karena agama, sumber nilai nilai moral dan kebaikan

Bagi saya klaim seperti itu sudah klise dan kuno
Karena faktanya, tidak hanya dari kaum agama
Manusia manapun, yang sudah berpikir dan dewasa
Juga akan mengatakan hal yang sama
Yang artinya, manusia bagaimana pun akhirnya tetap harus bisa menerima kenyataan
Dan itulah makna implisit dari bersyukur
Yaitu menerima dan menikmati apapun yang terjadi
Karena menolaknya, sama artinya dengan bunuh diri psikologis
Karena itu hanya akan memboroskan energi mental.

Jadi,
Syukur, itu lazimnya kosa kata aqama
Tapi secara semantik, secara maknawiyah
Syukur itu adalah kata lain dari:
Menikmati apa yang diperoleh
Menerima hidup sebagaimana adanya
Menerima dengan lapang, disaat apa yang harus terjadi , terjadilah
Dan seterusnya

Dengan kata lain,
Itulah prinsip yang dipetik manusia
Setelah mereka, berpetualang menjalani hidup
Karena faktanya, seperti itulah sistem alam bekerja dalam hati dan pikiran manusia
Bahwa harapan yang menggebu gebu akan sebuah impian yang tidak terjadi
Akhirnya hanya akan merusak diri sendiri.
Karena yang dilakukan, tidak selaras dengan mekanisme hukum alam di bidang psikis

Intinya,
Fakta alamiah itu menginspirasi manusia untuk melahirkan sebuah prinsip yang bernama syukur. Sebuah prinsip yang bernama anti kemelekatan. Dan berbagai istilah lain dengan makna yang sama.

Jadi, klaim para penggila agama bahwa prinsip prinsip hidup dan moral bersumber pada agama, bagi saya adalah klaim yang lugu dan kurang wawasan. Karena faktanya, yang diklaim agama tentang hal hal Universal yang selaras dengan mekanisme hukum alam, itu adalah milik bersama. Sudah ada dan selalu tersedia sebelum agama ada dan selama agama ada. Kuncinya, tergantung pada refleksi kritis manusia akan hidup. Jika manusia mau berpikir dan merenung secara mendalam, tanpa menyandarkan diri pada agama apapun, maka mata air inspirasi tentang itu, akan selalu mengalir dalam dirinya. Karena Alam, tidak memihak. Dan konstan untuk siapapun.

Tapi agama, mencuri hal ini lalu memberi stempel bahwa semua itu, adalah hak cipta mereka. Dan oleh penggemarnya, diteriakan dan ditulis besar besar: bahwa sumber moral dan prinsip kebaikan, adalah dari agama. Dasar mental copas. Agama maling!

Revo Samantha
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar