Minggu, 02 Maret 2014

Menggugat Omong Kosong Logika Bahasa

Ini kajian filsafat bahasa
Yaitu tentang analisa wacana
Artinya sejauh mana sebuah pernyataan logika bisa dinilai meyakinkan
Yang dalam kehidupan sehari hari, atau dalam debat murahan, hal hal seperti ini banyak beredar di sembarang tempat. Kebenaran, dalam arti Realitas yang sebenarnya, sering direduksi hanya melalui permainan logika bahasa.

Contoh:

Segala sesuatu ada yang menciptakannya.
Maka tidak mungkin Alam tidak ada yang menciptakannya.

Analisa:

Dari mana asal usul kalimat “Segala sesuatu ada yang menciptakannya”?
Apakah sudah diuji bahwa memang demikian adanya?
Apakah setiap yang ada di Alam Semesta sudah diuji bahwa ada yang menciptakannya? Apakah sudah diverifikasi? Apakah sudah disaksikan sendiri? Singkatnya, apakah sudah dibuktikan semuanya?

Jika belum, terlepas mungkin saja demikian, maka pernyataan itu hanya ucapan gombal yang sewenang wenang. Hanya sebuah permainan bahasa. Persis permaianan puzzle balok kubis. Sedang yang ingin disimpulkan, adalah Realitas kongkrit yang melingkupi segalanya.


Maka dengan ini, jika pernyataan pertama tidak teruji, otomatis kalimat kedua langsung gugur.

Permainan logika bahasa seperti diatas,
Biasanya banyak dilontarkan oleh mereka yang baru belajar filsafat. Yang baru belajar berpikir. Apalagi kaum Theis dan kaum beragama. Mereka, gemar melontarkan pernyataan-pernyataan dengan sewenang wenang tanpa bukti. Hanya dengan permainan logika bahasa, mereka langsung mengklaim pernyatannya bahwa memang begitulah Realitas yang sebenarnya. Hanya dengan menyusun proposisi proposisi tertentu, imaji mereka langsung meloncat untuk membayangkan, bahwa memang demikianlah kenyataan yang sebenarnya.

Jadi,
Jauhilah orang orang yang gemar melakukan hal hal seperti itu.
Dalam konteks Sains dan Filsafat Kritis,
Orang orang seperti itu adalah sampah!
Meskipun dalam konteks hubungan pribadi, tentu lain soal.


Revo Samantha
.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar