Minggu, 16 Maret 2014

Cara Membedakan Kitab Suci dg Buku Sejarah

Rata-rata dalam Kitab Suci,
Terdapat beberapa kisah, yang oleh mereka yang mengimaninya, diyakini benar benar sebuah fakta sejarah. Artinya dipahami benar benar sebuah peristiwa yang pernah terjadi.

Itu bisa dimaklumi karena mereka belum tahu cara membedakan antara Kitab Suci dengan buku sejarah. Secara khusus, artinya mereka belum bisa membedakan antara karya sastra (Kitab Suci) dengan karya ilmiah (buku sejarah).

Kitab suci,
Adalah karya sastra. Tepatnya sastra transendental.
Yang artinya, pembukuan renungan spiritual sang pengarang.
Yang dalam mengekspresikannya, banyak menggunakan metafora.
Baik dalam bentuk kalimat puitis, maupun dalam bentuk cerita yang bersifat imaji.
Yang menjadi penekanan, bukan tentang otentifikasi kisah itu sendiri sebagai sebuah fakta sejarah. Melainkan adalah pesan moral yang dkibungkus dalam cerita. Itu sebabnya kisah kisah dalam kitab suci, tidak pernah ditemukan detail geografis dan waktu terjadinya. Baik detail lokasi kejadian, maupun tanggal dan jam kejadian. Bahkan rata rata Kitab Suci, juga didaur ulang oleh para penggemarnya di kemudian hari setelah sang pengarang mati.

Sedang dalam buku sejarah,
Semua cerita yang dipaparkan, selalu disertai dengan detail lokasi dan sekuen waktu dengan rinci dan operasional. Bukan berupa kalimat abstrak konseptual yang tidak bisa diverifikasi. Bahkan lebih dari itu, dalam buku sejarah, selalu disertai dengan catatan kaki dan daftar pustaka. Itu sebagai bukti bahwa apa yang ditulis, ada estafet rujukan yang tiada putusnya. Walaupun ini juga tidak bukan jaminan, bahwa kisah yang tertulis dalam sejarah selalu benar dan presisi sebagaimana adanya sesuai faktanya. Biasnya tetap ada.

Tapi yang jelas,
Begitulah perbedaannya.
Kitab suci, adalah sebuah karya personal sang pengarang dengan bebas tanpa kode etik penulisan tertentu. Modalnya, adalah kebebasan sang pengarang (sastra). Tapi lucunya, rata rata kitab suci, tidak ada dicantumkan nama pengarangnya. Akibatnya, tidak jelas siapa yang harus mempertanggung jawabkannya secara pribadi. Sedang buku sejarah, adalah karya ilmiah, dimana untuk menulis dan meluncurkannya, sang penulis mesti melewati kode etik atau epistemologi tertentu, yang tidak sembarang orang bisa melakukannya. Karena sebelum diluncurkan, akan ditelaah dari berbagai sisi oleh pihak yang punya otoritas secara keilmuan. Berbeda sekali dengan peluncuran Kitab Suci yang modalnya, hanya permainan citra dan klaim. Bahkan disebarkan dengan pagar betis kekuasaan.

Cukup


Pakar Agama yang Kurang Terkenal
Revo Samantha
.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar