Kamis, 20 Juni 2013

Sebab Saya Tahu Batas Kemampuan Tuhan

Sebenarnya saya ragu memberi judul tulisan ini
Karena sebelumnya, judul yang melintas dalam pikiran saya adalah:
“Perkenalan Pertama Saya dengan Tuhan”

Ceritanya berawal dari sini:

Rata-rata perdebatan tentang Tuhan
Seringkali saya mendengar dan membaca,
Bahwa manusia, sudah mengenal Tuhan sejak mereka masih dalam kandungan
Hanya saja kemudian, manusia melupakannya.
Dan itu terjadi karena timbunan dosa manusia itu sendiri
Sehingga cahaya Tuhan menjadi redup dalam dirinya

Disaat itulah saya jadi teringat disaat saya baru lahir.
Belum ada yang saya ingat saat itu.
Bahkan saya belum mengerti apa-apa.
Yang saya rasakan saat itu, hanya ingin mimik cucu
Dan saya pun tidak bisa menyatakannya
Kecuali hanya dengan tangis yang menggigil

Karena itulah saya mengaku,
Bahwa mereka yang mengatakan bahwa saya sudah mengenal Tuhan sejak kecil adalah pembohong besar. Karena kenyataannya, alih alih saya sudah mengenal Tuhan, pikiran saya saja belum terbentuk. Yang ada baru kumpulan naluri kebinatangan yang bernama lapar dan rindu kehangatan. Apalagi dalam kandungan. Belum ada apa-apanya.

Saya baru berkenalan dengan Tuhan setelah saya berumur 7 tahun.
Saat itu saya menangis sambil memarahi ibu saya saat tidak dibelikan mainan.

“Ibu Jahat!”
“Eh eh .. kamu tidak boleh bilang begitu sama Ibu?”
“Kenapa?”
“Karena pada orang tua tidak boleh kasar begitu”
“Kenapa?”
“Karena Ibu adalah orang tuamu?”
“Tapi Ibu jahat?”
“Lho diulang lagi. Nanti Tuhan marah sama kamu”
“Tuhan? Siapa itu Tuhan?”
“Tuhan itu yang menciptakan kamu nak”
“Tapi Ibu bilang dulu aku dilahirkan dari perut Ibu?”
“Iya yang melahirkan kamu memang Ibu nak.
Tapi yang menciptkanMu adalah Tuhan?”
“Memangnya Tuhan juga masuk dalam perut Ibu?”
“Sudah kamu tidak boleh banyak tanya begitu.
Sama Tuhan tidak boleh begitu.
Kita sebagai manusia harus patuh. Ya?
Anak yang baik itu patuh pada Tuhan. Hmm ?”

Sejak saat itulah saya mengenal Tuhan.
Walaupun siapa itu Tuhan masih sangat kabur.
Tapi saya pun merasa takut untuk mempertanyakannya
Karena kata ibu saya, itu tidak baik.

Dan setelah dewasa, setelah saya punya anak,
Baru saya menyadari keberadaan dan peranan Tuhan dalam kehidupan saya.
Apalagi disaat saya menghadapi anak saya sendiri.

“Papa! Belikan saya motor Papa?”
“Beli motor? Kamu kan masih kecil?”
“Tapi teman-teman saya sudah pada punya motor Papa?”
“Ah nanti saja setelah kamu besar”
“Papa pelit!”
“Heh? Kamu kurang ajar ya?
Pada orang tua berani berkata kasar?
Apa kamu tidak takut masuk neraka?”
“Ya habis Papa sih, janji-janji terus”

Saat dia terdiam,
Saya tersenyum dalam hati:
“Hmm ... benar-benar manjur.
Ternyata Tuhan sangat ampuh untuk menakut-nakuti.
Walaupun kenyataannya, kekuatan Tuhan hanya sebatas itu”

Revo Sanjaya








Tidak ada komentar:

Posting Komentar