Minggu, 30 Juni 2013

Sajian Tulisan yang Relevan di Abad Internet

Pernahkah anda berpikir kenapa tidak semua tulisan digandrungi di internet?
Kenapa seorang penulis buku juga tulisannya tidak selalu laris manis di internet?
Begitu juga sebaliknya? Bahkan kenapa tulisan para Blogger kadang justru mengalahkan reputasi seorang dosen? Atau kenapa tulisan-tulisan renyah yang encer lebih dinikmati dari sebuah artikel yang memenuhi standar penulisan karya ilmiah?

Lalu pernahkah terpikir oleh anda
Kenapa sebuah essai lepas di koran dan majalah diedit ulang sebelum diterbitkan menjadi sebuah buku? Begitu juga dengan tulisan-tulisan yang ada di internet? Nyaris selalu diedit ulang sebelum dijadikan sebuah buku yang layak diterbitkan sesuai standar penulisan dunia perbukuan?

Itulah bukti,
Bahwa segala sesuatu ada konteksnya. Ada segmenya. Ada marketnya.
Semua, harus relevan dengan konteks dan situasi.
Jika tidak, maka itu artinya adalah sebuah sembrono yang sia-sia.

Begitu juga dengan menulis di internet
Tulisan yang digemari di internet. Tidak bisa anda samakan dengan tulisan yang laris dalam kemasan makalah, skripsi, buku dan sejenisnya. Dibalik internet, tersembunyi banyak faktor yang tidak tampak di permukaan. Dan sebagai penulis, anda harus jeli dan kreatif dalam mencermatinya.

Jadi seperti apa sajian tulisan yang digandrungi di internet?
Menurut saya kata kuncinya sangat sederhana:
Sajikan dalam kemasan populer.
Yang ringan, yang encer, tanpa kehilangan bobot kedalaman.

Apa itu tulisan yang encer?
Secara substansial, adalah yang gampang dicerna
Secara teknis, tidak mutar-mutar.
Jika pesan yang ingin anda sampaikan bisa ditulis dalam satu kalimat, kenapa harus diumbar hingga satu paragraf? Jika dengan bahasa sendiri bisa lebih mengena, kenapa harus mengumbar kutipan langsung disana-sini? Jika anda punya sikap dan pendapat pribadi yang menurut anda menarik, kenapa harus melulu merujuk pada pendapat seorang tokoh atau pendapat umum?

Yang perlu anda catat
Internet dan para penggilanya, adalah salah satu anak kandung dari gejala Postmodernitas. Adalah budaya popular yang bergentayangan di rimba belantara digital. Yang namanya budaya populer, adalah sorga dunia instan dengan banyak pilihan.
Anda tidak bisa memaksa pembaca seperti layaknya Abad Hegemonis sekian masa silam. Para peselancar maya, adalah para gelandangan bebas yang tidak betah disuguhi segala sesuatu yang ribet dan lemot.

Jika tulisan anda panjang dan bertele-tele, apalagi dengan bahasa teknis yang rumit, maka pembaca akan segera pindah mengklik tombol close. Mereka dalam hitungan detik akan loncat dan mengklik jutaan link link lain yang mungkin lebih menggoda bagi mereka.

Apakah ini artinya saya menghasut anda untuk hanya menulis hal hal remeh temeh tanpa kedalaman? Tidak! Anda tetap menjadi anda yang sekarang, dengan segala minat, ide dan keotentikan anda. Tapi yang ingin saya tegaskan adalah, kemas tulisan anda dengan sajian yang relevan. Jika tidak, maka anda akan menjadi seorang pahlawan frustasi yang mengutuk diri sendiri. Merasa hebat sendiri tapi dunia tak melirik sebelah mata pun pada tulisan anda.

Sekian

Revo Sanjaya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar