Minggu, 30 Juni 2013

Cara Melenturkan Sikap Beragama bagi Umat Islam

Sudah bukan rahasia lagi
Bahwa gejala fundamentalisme atau fanatisme beragama sudah menjadi musuh bersama bagi dunia. Sudah menjadi keprihatinan berbagai pihak di muka bumi. Kecuali bagi mereka yang tidak mengerti persoalan.

Lalu adakah cara yang bisa ditempuh untuk mengatasinya?
Tentu saja ada, bahkan ada banyak cara yang bisa ditempuh
Walaupun harus disadari,
Setiap cara punya kelebihan dan kekurangan masing-masing
Dan pada kesempatan ini, saya ingin berbagi sesuai apa yang saya pahami

Umat Islam yang fanatik, hingga nyaris tanpa sikap toleransi di medan sosial
Kasarnya disebabkan oleh 2 kemungkinan:

Pertama kurang wawasan
Ini masalah intelektualitas. Kurangnya referensi yang bersifat eksplorasional, yang bersifat komparatif, menyebabkan mereka tidak lues dalam berpikir tentang Islam. Dalam pikiran mereka, Islam seakan turun dari langit begitu saja. Sudah given. Seakan sebuah paket utuh dan solid yang bergaransi. Padahal, sebagaimana juga terjadi pada agama lain, Islam juga hadir melalui dinamika alamiah setapak demi setapak dalam bentangan sejarah. Selalu melalui proses trial error.

Sebut saja apa yang terjadi saat Muhammad baru meninggal.
Saat itu juga langsung terjadi pertikaian diantara 2 kubu soal kelanjutan misi Muhammad. Siapa yang akan menjadi penerusnya? Sebagian pihak berpendapat adalah Abu Bakar. Alasannya karena Abu Bakar adalah sahabat terdekat dan paling terpercaya bagi Muhammad. Sedang sebagian pihak berpendapat adalah Ali bin Abi Thalib. Alasannya karena secara garis keturunan, Ali lebih berhak. Apalagi Ali tinggal satu rumah dengan Muhammad. Dia, orang kedua yang mengakui Kenabian Muhammad setelah Khadijah. Jadi tentu dia lebih dalam mengerti tentang Islam ketimbang Abu Bakar.

Lalu bagaimana hasilnya?
Sejarah membuktikan Abu Bakar yang menjadi khalifah penurus Muhammad. Tapi jangan lupa, kejadian itu telah menjadi momen cikal bakal kekisruhan panjang dalam sejarah hitam kekhalifahan dalam Islam. Selalu dan selalu terjadi peperangan yang sangat memprihatinkan. Bahkan kasus itu tidak hanya berimplikasi pada masalah politik dalam tubuh Islam. Bahkan menjalar pada masalah-masalah lain semisal soal dokumen atau Alquran, Hadist, Fiqh, Teologis dan seterusnya. Setiap pihak yang terpecah, mengaku punya dokumen sendiri tentang Alquran, tentang Hadist, tentang Teologi (Konsep Tauhid Islam), dan seterusnya. Dan itu, terus berkembang dari waktu ke waktu. Dari pecahan besar menjadi ranting-ranting perbedaan kecil. Dan seterusnya sepanjang sejarah.

Lantas mana dari semua itu yang paling benar?
Yang paling otentik sesuai visi Islam yang dimaksud Muhammad?
Siapa yang bisa menjawab dengan pasti?
Sedang Muhammad sendiri sebagai Sang Inspirator sudah meninggal.
Bahkan pergi tanpa sempat berwasiat.

Selamat berpikir!

Revo Sanjaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar