Minggu, 30 Juni 2013

Cara Sadis Melucuti Kebenaran Sejarah Agama

Benarkah Alquran itu ditulis oleh Muhammad?
Bahkan benarkah yang disebut Muhammad itu adalah seorang tokoh historis?
Atau jangan-jangan hanya semacam tokoh fiksi dalam Alquran dan sejarah Islam?

Benarkah Yesus itu adalah anak Bapa?
Benarkah apa yang tertera pada Al Kitab benar-benar orisinil perkataan Yesus?
Bahkan benarkah Yesus itu benar-benar seorang tokoh historis?
Atau jangan-jangan hanya tokoh fiktif dalam karya sastra yang bernama Alkitab?

Begitu juga seterusnya dengan sejarah agama-agama lainnya di pentas dunia

Siapa yang bisa menjawabnya?
Jika ada yang menjawabnya, dari mana sumbernya?
Dari buku? Lalu siapa yang menulis buku tersebut?
Apakah yang menulis buku tersebut sudah hidup pada zaman sang tokoh yang ditulis?
Jika sudah sejauh mana objektivitasnya dalam menulis?
Apakah mereka bebas dari subjektivitasnya dalam menulis?
Dan seterusnya.

Inilah lobang hitam sejarah agama di sidang epistemologi sejarah
Kebenaran sejarah, hanya benar berdasarkan asumsi.
Dengan asumsi bahwa rangkaian dokumen dan artefak sejarah itu benar sebagaimana adanya.
Atas dasar itulah para pembincang agama berbicara
Jika sebaliknya yang terjadi, bahwa yang menjadi rujukan itu keliru, apalagi hanya mengada-ada,
Maka seluruh bangunan omong-omong tentang sejarah agama otomatis runtuh validitasnya.



Selamat berpikir!

Revo Sanjaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar