Rabu, 26 Juni 2013

Sebab Rata-rata Diskusi Agama Omong Kosong

Yang disebut diskusi,
Pada intinya adalah terjadinya perang gagasan
Bukan saling caci maki dan juga bukan saling mengangguk

Karena itulah dalam forum diskusi agama
Selain memerlukan referensi dan pengalaman intens dalam beragama,
Juga diperlukan kecerdasan berpikir
Karena diskusi agama artinya bukan untuk mengumbar rasa keimanan
Tapi adalah menjadikan iman dan agama itu sendiri sebagai objek kajian

Mengimani sebuah agama, berbeda dengan mengkaji sebuah agama
Mengimani artinya menerima dan mengamalkan ajaran sebuah agama
Sedang mengkaji agama, artinya mempertanyakan ajaran sebuah agama

Karena itulah dalam diskusi agama
Peserta harus bisa berjarak secara psikologis dengan objek keimanannya
Jika tidak, maka yang terjadi adalah, perasaan saling ditampar oleh lawan diskusi
Padahal rasa iman, tak seorang pun bisa mencederainya
Karena rasa iman, berada di kedalaman hati setiap pemeluk sebuah agama
Dia, bersifat internal. Sedang diskusi agama, bersifat eksternal
Keimanan, adalah wilayah privat. Sedang diskusi agama, adalah wailayah publik.
Saat mencampuradukan keduanya, maka disitulah terjadi kecelakaan dalam diskusi agama.

Lantas sudahkah hal demikian terjadi?
Saya melihat itu yang masih sulit.
Rata-rata pemeluk agama masuk ke ruang diskusi dengan membawa tinju mental
Mereka memasang kuda-kuda: “Siap berperang dalam arti sebenarnya”.
Itu sebabnya, diskusi agama sangat rentan memicu konflik dan tindakan anarkis
Karena itulah banyak pihak menjadi tidak respek dengan diskusi agama
Mereka menjadi waspada.
Aura bathin mereka seakan dalam keadaan gawat dararat jika sebuah diskusi agama digelar.

Padahal,
Asal bentuknya diskusi, apapun topiknya,
Adalah sebuah medan sirkulasi udara intelektual
Adalah pemicu meluncurnya roda kreativitas dan pencerahan secara dialogis


Revo Sanjaya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar