Pada mulanya,
Agama lahir sebagai impian manusia akan Rumah Imajiner tempat berlindung manusia dari segala bentuk ancaman psikologis yang selalu memburu kesadarannya. Untuk menghabisi segala ketakutan yang mengancam kediriannya secara eksistensial. Di Rumah Imajiner yang bernama agama itulah manusia bisa tidur nyenyak dari segala takut dan lelah yang tak pernah dimengerti sepanjang masa. Dan rumah itu, juga dibangun oleh sesama manusia. Dengan fondasinya, proses bathinisasi nilai nilai subjektif secara kolektif
Yang terpenting,
Ada kedamaian yang terasa
Yang terpenting
Ada tanya dan gelisah yang mereda
Bukan soal apakah benar semua itu terbukti secara empiris dengan akurasi yang jelas
Singkatnya, jika terasa lega, maka agama klop sudah sebagai sesuatu yang bermanfaat.
Dan kenyataannya memang memberi manfaat bagi penderita.
Tapi jangan pernah mempertanyakannya
Karena sekali agama dipertanyakan,
Maka berbagai pertanyaan beruntun akan muncul hingga meruntuhkan bangunan agama itu sendiri. Karena agama, bukan terbuat dari konstruksi pikiran yang tahan kritik. Tapi adalah kumpulan bata lemah yang disusun untuk menutup diri dari kritik. Karena agama, adalah dunia tertutup yang kokoh pada dirinya sendiri. Tapi sangat rapuh saat dihajar badai kritik.
Maka disaat itulah agama menjadi tidak bermanfaat
Disaat penganutnya sudah mulai berpikir dan bertanya tentang agamanya
Tapi jangan lupa
Bertanya disini adalah dalam rangka berpikir kritis
Bukan bertanya dalam arti bagaimana caranya agar lebih taat dalam beragama
Tapi adalah bertanya tentang fondasi yang membentuk sebuah agama
Revo Sanjaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar