Rabu, 26 Juni 2013

Atheisme? Itu Baru Fase Transisi

Sejauh yang saya cermati
Banyak diantara para Facebooker dan para penggila maya yang bangga mengaku diri sebagai Atheis. Dengan modal kebanggaan tersebut, mereka mencincang kaum agama dengan begitu heroik. Seakan Atheisme, adalah Kebenaran definitif dari perjalanan panjang akan pencarian makna hidup. Seakan Atheisme, adalah jawaban bergaransi akan gonjang ganjing debat tentang Tuhah sepanjang sejarah.

Padahal,
Atheisme itu baru langkah awal
Langkah awal setelah tidur panjang dari kubangan agama
Baru semacam antiklimaks dari belenggu iman akan Tuhan yang diwartakan agama

Lalu apa selanjutnya?
Langkah selanjutnya adalah belajar untuk meremukkan segala kepastian metafisis

Theis dan Atheis, pada intinya sama-sama menerawang ke dunia metafisis
Keduanya, sama-sama keras kepala
Hanya saja, keduanya berada pada kutub yang berbeda
Yang satu bersikukuh mengklaim bahwa Tuhan ada
Sedang yang kedua bersikukuh mengklaim bahwa Tuhan itu tidak ada
Padahal modal keduanya, hanya permainan pikiran.
Hanya jejaring konstruksi logika yang dibathinkan sebagai Kebenaran Absolut
Sedang keduanya, tidak pernah melakukan verifikasi
Bahkan tidak pernah bisa melakukan verifikasi.
Karena yang bisa diverifikasi hanya hal hal yang bisa diobjektivasi
Hal hal yang hanya bisa dicerap oleh segala properti yang dimiliki manusia.

Sedang Tuhan?
Secara eksistensi bukanlah sebuah objek.
Hanya objek secara lingusitik
Hanya objek dalam permainan bahasa
Sedang eksistensinya, tidak ada
Tidak ditemukan
Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak ditemukan bisa diverifikasi?
Lalu bagaimana mungkin sesuatu yang tidak bisa diverifikasi diklaim sebagai ada atau tidak?

Karena itulah dalam konteks ini bagi saya “diam” adalah maqam tertinggi.
Sebuah maqam pengakuan akan ketidakberdayaan manusia dalam menemukan Kebenaran Absolut. Sebuah pengakuan secara intelektual dan emosional bahwa Kebenaran definitif tak kan pernah bisa dijamah manusia. Entah ada entah tidak!

Revo Sanjaya

2 komentar:

  1. Tapi. . .bagaimana mungkin manusia mampu memikirkan sesuatu yg tak ada? Tuhan misalnya,

    BalasHapus
  2. Kenyataannya, itulah yang banyak dilakukan manusia
    Yaitu menganggap yang tidak jelas keberadaannya sebagai benar-benar ada, Tuhan misalnya

    BalasHapus