Pakar Movie: Mei 2013

Jumat, 31 Mei 2013

Dosa Al Ghazali yang tak kan Pernah Saya Lupakan

Dari Ihya Ulumddinnya,
Aku belajar menyeberang dari dugem menuju dunia dalam yang sunyi
Hingga tak ada yang tersisa dalam diriku, kecuali hanya nafsu ingin mati

Sedang dari Al Munqiz min Adh-Dhalalnya
Aku belajar membenci semua jenis Ilmu kecuali hanya tasauf
Tasauf Al Ghazali.
Hingga yang tersisa kemudian dalam diriku,
Adalah romantisme pesimistik dengan jubah Iman

Revo Sanjaya

Revo Sanjaya itu Pertemuan Siddharta dan Wittgeinstein

Sekian Abad silam,
Siddharta telah mengusir segala omong kosong metafisik
Diam, adalah puncak pengetahuan dan kesadaran terdalam

Sedang diujung bumi Kontemporer
Wittgeinstein juga telah menghabisi segala gosip dan carut marut Filsafat dalam sebaris kata:
“Katakanlah hanya apa yang bisa dikatakan”
Yang artinya, semua, hanya permainan bahasa

Lama saya terdiam
Hingga bertahun-tahun kemudian,
Saya muak melihat perpustakaan pribadi saya
Yang sebelumnya selalu saya jilati setiap halamannya dengan penuh nafsu

Revo Sanjaya

Antara Kelemahan Yesus Dibanding Hening Siddharta

Dimata saya,
Yesus adalah lambang Cinta
Dari semburan darah salibnya,
Dari luka pengorbanannya,
Mengalir cinta mati di jantung hati umatnya

Sedang Siddharta
Dimata saya adalah sebuah hening tanpa nama
Tapi meluluhlantakkan segala heroisme yang sewenang wenang
Menghibisi segala kesombongan pengetahuan Absolut
Dan segala cengeng religius

Revo Sanjaya

Revo Sanjaya Itu Sebenarnya Siddharta Berwajah Internet

Sebagian umat Buddha meyakini ajaran Siddharta itu Atheistik
Sedang sebagian lainnya menyakininya bukan
Tapi aku hanya tertawa dalam hati
Karena aku tahu Siddharta sama denganku

Jangan katakan Tuhan itu ada
Dan jangan pula katakan Tuhan itu tidak ada
Bahkan jangan pernah memikirkan kosa kata Tuhan
Katakan hanya apa yang terlihat dan dialami sebagaimana adanya
Sisanya, diam!

Revo Sanjaya

Akhirnya Imanuel Kant pun jadi Bangsat

Saat membaca Kritik Akal Budi Murni Imanuel Kant,
Aku terkesima.
Darinya keraguanku akan dunia diseberang sana semakin kuat
Karena pengetahuan manusia, tidak mungkin melampaui fenomena
Tapi aku kecewa pada Kritik Akal Budi Prkatisnya.
Dia sengaja menghadirkan Tuhan demi moral
Agar manusia, takut berbuat jahat
Agar orang-orang lemah, menemukan tempat untuk meratap
Walaupun Kant sadar,
Semua itu hanya dongeng yang diplintirnya dengan pisau filsafat

Revo Sanjaya

Aku tak kan Pernah Menjual Kecap Sayang

Aku sudah bosan mendengar sumpah serapahmu
Pergilah ... cari dan peluklah lelaki idamanmu sampai keujung dunia
Jika itu tidak kau temukan
Aku akan tetap menerimamu kembali sebagaimana adanya

Hanya ini garansiku
Tak ada yang lain

Revo Sanjaya
.

Jangan Paksa Aku untuk Marah Bangsatku

Bajingan itu memelukmu?
Aku tidak akan marah
Karena kamu hanya diam saat itu terjadi
Yang aku marah
Jika kamu tidak mau tapi kamu dipaksa

Revo Sanjaya

Omong Kosong Cinta tanpa Kebebasan Sayang

Tidak pernah aku memaksamu agar kau tetap mencintaiku
Karena aku sadar,
Hatimu, bukan kuasaku
Yang kusematkan disudut marahmu hanya:

“Datanglah padaku bila hatimu memang untukku
Dan pergilah bila hatimu juga telah pergi
Walaupun aku tak kan pernah melupakanmu”

Revo Sanjaya