Kamis, 18 Juli 2013

Sikap Bijak? Itu Dusta Sosial Keparat!

Seorang pencuri datang pada saya
Dia menangis begitu sedihnya
Karena dia disemprot seorang ustad yang mengatakan bahwa dirinya manusia yang hina penuh dosa.

Maka agar dia tidak merasa frustasi
Saya katakan bahwa saya mengerti perasaannya
Sambil mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak salah
Tapi dia mencuri karena dipaksa oleh keadaan
Dan sambil menepuk punggungnya, juga saya katakan:
"Sayangnya, banyak orang tidak mengerti apa yang anda alami"

Sikap saya dalam konteks ini dirasakan sebagai sebuah sikap yang bijak oleh sang pencuri
Saya langsung dirasa sebagai dewa penyejuk bagi dirinya.
Padahal yang saya lakukan adalah kata lain dari pura-pura
Sudah jelas mencuri itu adalah perbuatan yang tidak bisa ditolerir
Tapi demi menjaga perasaannya, maka saya berusaha memoles kata
Berusaha melunakkan temperatur agar sang pencuri tidak menjadi frustasi

Inilah yang saya maksud dengan
Sikap bijak itu adalah sebuah romantisme dusta yang dianggap mulia
Dan saya, terpaksa melakukannya,
Karena rata-rata manusia, belum bisa menerima kenyataan sebagaimana adanya
Belum berani jujur dengan dirinya sendiri.

Jika sang pencuri sudah bisa menerima dirinya sebagaimana adanya
Dengan segala kesalahan yang dia lakukan,
Maka saya tidak perlu berpura-pura
Saya cukup menyatakan kalimat ini tanpa harus berhati-hati:
“Ya, anda memang manusia keparat! Anda brengsek!”

Sikap bijak,
Lahir karena dipaksa keadaan
Di medan sosial yang masih memuja basa basi,
Maka sikap bijak menjadi impian akut secara bersama
Dan itu, adalah virus perusak pertumbuhan pribadi yang menyamar dari dalam

Revo Sanjaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar